my dance with syta

...because the earth is moving, the world is turning upside down and dance will be last forever...

Saturday, April 28, 2007

Sepatu Manggut-Manggut

Stiletto or wedges, somehow, being one of the must have items for wannabe sexy woman.

Perasaan luar biasa yang tidak pernah dimengerti kaum pria saat mengenakan benda itu, memang sensasional. Kaki lebih jenjang, PD lebing menjulang, kehidupan percintaan semakin baik, karir semakin sukses. Dan believe it or not, semua hanya berawal dari sepasang sepatu!

Keindahannya semakin sempurna bila kita dapat me-matchingkan warnanya dengan clutch, atau dolly bag, atau bahkan tas ransel yang sudah keburu duluan dibeli. Ehm, yah.. Memang begitulah rulesnya.
Ogh… Its realy good to be a girl!

Beberapa hari yang lalu, saat tengah duduk di sebuah ruang tunggu kantor majalah yang masih lengang saking paginya, satu-satunya senjata saya untuk tetap ‘melek’ adalah memperhatikan penampilan karyawan-karyawan kantor itu yang mulai berdatangan satu per satu. Bukannya berusaha menjadi kritikus mode, tapi karena itu adalah kantor majalah wanita terkenal, yang sangat mengagungkan mode dan kecantikan, dandanan keren dan gaya ke kantor ibarat sebuah dogma dan saya sangat menikmati pemandangan lucu yang silih berganti itu.

Ada yang berdandan ala chic vacation, smart casual, grunge, sampai harajuku style. Wah, sungguh sangat ekspresif! Mata ini pun tak terlalu mengantuk lagi.

Hingga datanglah beberapa pemandangan yang ‘mengganggu’ saya. Beberapa dari mereka yang datang, tentunya, mengenakan sepatu hak tinggi. Dari berbagai model dan berbagai warna yang salah lihat, ada beberapa ‘kaki’ yang salah. Entah karena tak terbiasa, atau sepatunya yang tak nyaman, langkah yang seharusnya anggun, gesit atau centil bak model, malah menjadi langkah bebek. Dan entah mengapa, suara hak sepatu menyentuh lantai yang seharusnya ‘sombong dan mengintimidasi’ berubah menjadi ‘plak-plok-plak-plok’ seperti suara sepasang-sepatu-katak-untuk-diving-dipakai-jalan-di-darat.

Well… women out there! Punya high heels memang wajib, but please… you have to learn how to wear it in proper way. Or else… Welcome to Club Sepatu Manggut-Manggut!

Labels:

Something to think about

Say you're driving under a really bad storm. Weather station said, that it's not safe to go outside, but you have to.

Then, on a bend, you saw three people being mercilessly dripping wet: the person you'll spend your life with, your best friend, and an old woman who looks like she's in critical condition.

There's only one person you can bring with you. What will you do? Think about it.

Ofcourse, most would argue which person to bring and it will depend how people prioritize things in their lives. And yes, there's no wrong answer. If you value life above all, you'd bring the old woman. If you value love above all, you'd bring the person of your dreams. If you value your friends, well, it's your very best friend then.

But there is a better answer :) You'd let your best friend drive your car and bring the old woman to the hospital. While you wait for the bus with the person who'll spend the rest your life with.

Ogh... I am such a romantic person, am I?

Thursday, April 26, 2007

Good Charlotte, Bad Performance

You girls… Have you ever had your period come exactly in the crisis time? I do, this morning. Pada saat saya sedang sangat butuh konsentrasi tingkat tinggi. *Sigh*

Must have been rock music stimulating me.

Iya, tadi malam saya nonton Good Charlotte sama dua orang teman saya, Mr. I dan Mr. B. Bukan karena saya salah satu fans mereka, tapi karena kebetulan saya sedang butuh penghiburan selain film dan buku. Saya bahkan tak terlalu tahu hits mereka kecuali Put Your Hand Off My Girlfriend dan yang-satu-lagi-gw-lupa-tuh-khan yang sering diputar di MTV Double Action (Lho? Seperti nama obat batuk?).

Maka ditemani rintik hujan, pergilah kami bertiga ke Tennis Indoor Senayan.

Overall, saya tidak berpendapat bahwa konser itu istimewa. Panitianya nampak sekali tidak siap menerima untuk menampilkan musik rock, sehingga kualitas sound nya jauh dari bagus.

Peminatnya, jauh dari gambaran saya tentang cowok-cowok rock yang macho, lebih banyak teenager keluaran SMU dan gerombolan anak-anak SD. Ogh, pada seusia itu saya masih nonton Candy-Candy lewat video.

Vokalisnya? (yang konon direbut oleh Nicole Richie dari Hilary Duff) Selain vokalnya yang lebih cocok untuk membawakan lagu pop-dance-alternatif (sumpe, lebih rock-an Robbie Williams, deh!) dan air liurnya muncrat sana-muncrat sini waktu nyanyi (hmm… Untung juga saya di tribune), ternyata juga sangat sok asik. Di akhir konser ia mengelapkan keringatnya dengan handuk mungil. Bukan hanya di dahi, tapi juga di ketiak dan selangkangan, dan setelahnya di lemparkan ke penonton. Mereka yang sempat menyentuh dan mendapatkan handuk itu berteriak histeris kegirangan. Saya? Berteriak histeris kejijikan. Hiiiii...

Ps: Eh, saya sempat difoto sama fotografernya amild.com. Tapi pas dicari-cari di websitenya, koq ga ada saya? Aaarrghh… Apakah saya tertipu???

Wednesday, April 25, 2007

Be sweet, be rich

Cerita lama sebenarnya. Tapi saya yakin hampir semua pembaca blog saya pernah mengalami hal yang sama seperti saya. Tentang para pelayan, kasir atau pramuniaga toko yang ngeselin dan ga punya sopan santun.

Hmm… Bukan zamannya lagi bilang,”Kalau tau sopan santun, mereka ga jadi pelayan!”. Kalimat yang sudah basi banget. Karena sebagian besar pelayan/kasir/pramuniaga toko saat ini justru berasal dari keluarga berpendidikan, serta bersekolah dengan layak sama seperti kita-kita ini. Lalu apa yang menjadikan mereka demikian ngeselin dan ‘minta ditampol’... Excuse my language.

  1. Hari ini saya dan Mr. T makan siang di HHB, salah satu restoran fast food Jepang di MTA. Si penjaga counter bermuka seasem cuka. Tak ada ucapan, bahkan senyuman selamat datang. Pesanan di letakkan begitu saja di counter, tanpa ucapan “silahkan, Mbak.”. Bahkan memandang si customer pun tidak.
  2. Masih di restoran yang sama, kasirnya sok asik. “Ada 10.000 an?” tanyanya pada saya waktu saya mengeluarkan 2 lembar uang 50.000 an. Males banget, khan? Apa salahnya bertanya dengan nada sedikit manis, menambahkan embel-embel Mbak/Ibu/Bapak dan mengucapkan maaf sebagai pelengkap basa-basi yang menyenangkan? Tentu saja saya bilang ‘tidak’, walaupun di dompet saya ada beberapa lembar 10.000 an. Eh, dia pura-pura tidak dengar, malah asyik ngobrol dengan teman di sebelahnya, sementara di belakang saya antrian memanjang. Saya yang kesal, ikut-ikutan diam. Akhirnya dia mengulangi lagi pertanyaannya, masih dengan gaya petentengannya. Saya ulangi pula jawaban saya dengan ketus. Dan tahukah anda? Ternyata toh dia punya uang kecil di balik mesin kasirnya itu! Dan saya pun berlalu, tanpa ucapan terima kasih darinya. Sialan!
  3. Setelahnya saya belanja baju di Toko S. Dari total yang saya bayarkan, seharusnya saya menerima uang kembali sejumlah 50 rupiah. Tapi si kasir dengan entengnya langsung mengucapkan terima kasih dan menutup mesin kasirnya. “Mbak, bukannya ada kembali 50 perak?” Tanya saya sok polos. “Oh, iya.. Ada mbak. Tapi saya nggak punya 50 perak”. Jawabnya tak kalah polos. Ogh, dodolnya si Mbak ini. Kalau tak punya kembalian, kenapa tak bilang? Kenapa tak meminta maaf? Uang sejumlah itu mungkin memang tak terlalu berarti, namun the way nya itu lho, Mbak!
  4. Belum lagi Supermarket H yang hobiiiii sekali ngasih kembalian pakai permen. Saya tak terlalu keberatan, sebenarnya. Toh saya suka permen. Tapi kenapa ya, tak terpikirkan oleh si kasir-kasir itu untuk say excuse sebelum memberi kembalian kepada customer dengan permen? Bukankah permen belum diakui oleh Negara sebagai alat pembayaran yang syah?

Bekerja melayani seperti mereka memang melelahkan. Tapi itu jugalah yang selalu saya lakukan dalam setiap pekerjaan saya.

Bedanya adalah saya menerima gaji lebih tinggi dari mereka. Bukan karena saya lebih beruntung, tapi karena saya tahu cara bertindak sesuai tata krama dan bagaimana bersikap menghargai orang lain.

Tuesday, April 24, 2007

Sad ending... or happy ending?

Teman saya mengusulkan agar saya menuliskan sebuah cerita pendek yang menyegarkan. Tapi entah mengapa, hasilnya malah sebuah cerita aneh, yang bahkan saya sendiri segan untuk membacanya lagi... Ini sinopsisnya...

***

Inspired from the great story of Greece myth, seorang pemuda dengan kemampuan berperang serta hati berkilau seperti emas, hendak masuk ke sebuah labirin untuk membasmi monster menakutkan yang telah lama menjadi momok bagi masyarakat desanya.

Sang kekasih memberikan padanya segulung benang perak yang akan menuntunnya keluar dari labirin itu dan dengan setia akan menanti di mulut labirin guna menyambut kedatangannya.

Maka masuklah ia ke labirin itu. Menelusuri dinding-dindingnya yang hijau sambil terus mengulurkan benang peraknya. Ia sangat mencintai kekasihnya dan ia tahu bahwa apapun yang akan dihadapinya nanti tidak akan dapat mencegahnya untuk dapat kembali dengan selamat dan bertemu dengan kekasihnya lagi. Imagined his victorious, his awards, his lover’s kisses and it’s sateen lips...

Dari ujung labirin, sesosok wanita melayang turun. Wanita tercantik yang pernah ia lihat. Pinggang yang ramping, kulit yang rapuh dan mata yang bersinar seperti kristal. Sentuhannya seperti hembus angin di padang rumput dan nafasnya semanis madu akasia yang tumbuh di tanah-tanah gembur di taman lavender.

Sang pemuda menjadi gila dan seketika melupakan misinya. Ia jatuh cinta akan wangi wanita itu, yang masuk menembus paru-parunya dan bertahan setiap menit, setiap detik. Ia jatuh cinta dengan hidungnya yang mungil, jemarinya yang lentik dan kakinya yang jenjang. Ia gila dan ia mati dalam kegilaannya.

Berminggu-minggu menanti sang pemuda yang tak kunjung muncul dari mulut labirin, sang kekasih menyusul masuk dengan menyusuri benang perak, hingga akhirnya menemukan tubuh sang pemuda yang terbujur kaku. Patah hati atas kehilangannya, ia menusukkan pedang sang pemuda ke jantungnya, jatuh dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Jiwanya melayang hingga menyentuh ujung labirin, menanti dari masa demi masa hingga suatu saat nanti, seorang pemuda dengan kemampuan berperang dan hati berkilau seperti emas, akan datang padanya sambil membawa benang perak yang akan menuntun mereka keluar dari labirin itu. Seorang pemuda dengan harapan akan kemenangan, penghargaan kepahlawanan, kecupan dari bibir kekasihnya yang selembut satin…

Sunday, April 22, 2007

Knock..Knock..Knock.. I'm Exist!

Sometimes you have to let them know that you are exist...

Dengan kenekadan saya memberikan alamat blog ini ke sebuah group majalah lifestyle populer di Indonesia, kemarin dengan tiba-tiba saya menerima panggilan untuk hadir ke kantor mereka minggu depan.

What do you think will happen next?

Saturday, April 21, 2007

Tipz to the Blitz

Karena penasaran dengan Blitz Megaplex yang (konon) sempat menghebohkan Bandung, maka pada suatu malam minggu, saya dan 3 orang teman saya bermaksud ‘manjajal’ bioskop terbaru yang terletak di Grand Indonesia itu. Keputusan untuk pergi kesana baru tercetus pada pukul 10 malam, itu pun karena ternyata DVD Wild Hogs yang hendak kami tonton bermasalah dengan keorisinalitasan picture. Makanya, sekali lagi, jangan beli barang bajakan!

Berdasarkan pengalaman menonton di Blitz tersebut, saya akan memberikan beberapa saran yang pastinya akan berguna bilamana kamu berniat untuk ‘memanjakan mata’ disana:

  1. Pakai baju yang simple dan tipis-tipis saja. Tidak seperti XXI atau Premiere, penghematan pendingin udara di Blitz sungguh terasa pelaksanaannya. Bagi kamu yang tak tahan dengan hembusan AC yang berlebihan, disinilah tempatmu, Nak.
  2. Watch out dengan antrian. Beberapa line adalah khusus untuk pengambilan nachos dengan menunjukkan struk pembayaran, yang sebelumnya harus kalian dapatkan dari antrian lain. Jangan sampai telah berlama-lama mengantri, terpaksa tak memperoleh apa-apa, seperti yang terjadi dengan teman saya. (Estupidoooo!!)
  3. Toiletnya didisain sooooo fashionable! Mengingatkan saya akan toilet di club-club malam berkelas. Bersih dan biliknya banyak. Jadi bila kamu termasuk dalam kategori ‘pemakai toilet setelah bubaran film’, no worries… Disini kamu tak perlu susah payah mengantri.
  4. Tak perlu membawa banyak uang. Pertama, harganya relatif murah (Rp 25.000 hari biasa, Rp 40.000 untuk Minggu). Kedua, popcorn ukuran largenya hanya Rp 15.000. Ketiga, ga penting deeh bawa uang banyak, mo nonton apa mo shopping?
  5. Bagi kamu yang setia dengan armada Blue Bird, sepertinya lebih baik berjalan sedikit ke hingga ke samping Plaza Indonesia untuk memperolehnya. Sekalipun ada antrian khusus bagi pengguna taxi di bagian basement, lokasi dan keberadaan Blitz ini belum terlalu popular diantara Mas Taxi, sehingga kamu harus menunggu bermenit-menit disana untuk menggebet sebuah Blue Bird.
  6. Bila kamu suka ‘goyang-goyang kaki’ pada saat nonton (entah karena nervous, hobby atau tuntutan profesi) saya mohon HENTIKANLAH kebiasaan itu. Tahukah kamu bahwa goyangan kakimu itu, walau sedikit, dapat SANGAT mengganggu orang yang duduk 3 kursi darimu?
  7. Jangan harap mendengar panggilan dari PA untuk masuk ke Studio. Film diputar very right on time to its schedule. Mari kita dukung, mudah-mudahan dengan begitu masyarakat kita terbiasa dengan budaya tepat waktu.

Labels:

Thursday, April 19, 2007

Steps to Watch Horror Movies

Saya tuh takuuuuuut banget kalau disuruh nonton film horror. Kalaupun terpaksa nonton, biasanya harus ramean (minimal bertiga), ada bantal 2 buah (untuk nutup telinga kanan & kiri sementara matanya mejem) dan volumenya ga boleh keras-keras (seringnya malah bikin saya makin tegang dan kagetan).

Hingga akhirnya saya berkeputusan untuk jadi pemberani. Saya kan sudah besar, sudah bisa berpikir realistis, donk. Bukan anak kecil lagi yang begitu bodoh menelan tontonan traumatis khas film-film Indonesia. Maka teman saya pun mencoba membantu, katanya untuk saya akan lebih mudah kalau nonton film horror dengan tahapan.

Tahap 1 adalah Ghost Whisper. Katanya ini adalah soft horror. Good for me.
Tahap 2 adalah Supernatural. Lebih ‘keras’ dikit dari yang Tahap 1.
Tahap 3… Nanti dipikirkan kembali setelah sukses melewati 2 tahap diatas.

Baiklah.

Saya pun memulai Tahap 1. Sukses besar. Tak takut sama sekali, bahkan saya pun berani menontonnya seorang diri. Senang, donk! Pastinya, donk...!

Saatnya memulai Tahap 2. Sayang sekali, DVD nya tak ada, sehingga saya harus ‘menunggu’ untuk membeli baru atau meminjam dari teman saya. Tapi selama itu, saya berbangga hati karena telah berhasil melewati Tahap 1.

Pada suatu malam, berada seorang diri di apartemen karena 2 orang teman saya tak kunjung pulang dari kerjanya, saya memutuskan untuk mandi sambil menyetel TV di kamar saya, agar ruangan tidak terlalu sunyi. Saat itu, acara TV local adalah LEGENDA. Entahlah itu saluran TV apa. Tapi karena dari kecil saya tergila-gila fairy tales, maka saya pun tak memindahkan saluran. Bawang Merah-Bawang Putih atau Legenda 7 Bidadari? Hmmm… Would be interesting!

Karena sendirian, maka pintu kamar mandi pun tidak saya rapatkan, sehingga saya sekaligus bisa mandi sambil nonton TV dari dalam kamar mandi saya.

Ternyata saudara-saudara… acara Legenda di TV lokal itu adalah LEGENDA SUNDEL BOLONG! Dan saya terpaksa mendengarkan ‘suara-suara mengerikan’ acara itu dari kamar mandi, tanpa berani melompat keluar untuk mematikan TV. Ooghhh… Begitu menakutkan!!! Mana volumenya keras, pula.

Dan setelah saya laporan langung ke teman saya tentang hal ini, ia tidak lagi menganjurkan saya untuk nonton Supernatural. “Say, sekarang ayu kita nonton Turistas, H6 atau Unrest. I am sure you can handle it now.”

My Electric Chemistry

Honestly, I am one of the freaks.

Sejak saya mulai menginjak bangku kuliah, saya kehilangan kendali atas body electricity saya. Alhasil, saya ‘menyetrum’ teman-teman saya apabila lengan kami bersentuhan secara tidak sengaja (atau sengaja) saat sedang hang out di mall. Ya, harus di mall. Dan BENERAN nyetrum. Freak sekali, bukan?

Pertama-tama, pastinya ini mengganggu saya dan teman-teman saya. Namun lama kelamaan, menjadi sebuah hal yang ‘biasa’ dan saya pun merasa ‘kehilangan’ apabila hal ini tidak terjadi (bohooong bangeeeet!!)

Dua hari yang lalu, berniat mencari baju renang di Plangi bersama teman saya Mr. T, hal ini berkali-kali terjadi lagi. Senang sekali rasanya bisa menggoda Mr. T dengan setruman saya. Hal langka yang bisa bikin kami berdua cekikikan norak.

Beberapa waktu kemudian, calon istri Mr. T, Ms. S, bergabung dengan kami untuk makan malam. Berhubung memang sedang hangat-hangatnya mempersiapkan pernikahan, mampirlah kami ke salah satu toko perawatan tubuh yang ideal untuk melengkapi ‘hantaran’. Dan terjadilah. Bermaksud hendak ‘memamerkan’ aroma body butter yang hendak dibeli, Ms. S menyorongkan punggung tangannya yang sebelumnya telah diolesi tester aroma kepada Mr. T.
Tak dinyana, punggung tangan Ms. S tersengat hidung Mr. T!

Ms. S terheran-heran, Mr. T bersungut-sungut dan saya tertawa ngakak. Sepertinya, ‘listrik’ saya telah berpindah sebagian ke Mr. T. Tapi di hidung??? Hwahahaha… ternyata ada juga yang lebih freak dari saya!

Labels:

Wednesday, April 18, 2007

Nightmare for Shopaholic

Saya termasuk orang yang ‘ sangat suka’ belanja. 7 hari dalam 1 minggu, paling tidak 3 harinya saya lewatkan dengan keluar masuk mall. Kadang-kadang ada yang dibeli beneran, selebihnya belanja ‘mata’ doank.

Seminggu yang lalu, salah satu teman saya meminta saya untuk menemaninya belanja household stuff di Mangga Dua, untuk mengisi rumah barunya. Well, sapa takut? Sekalipun jarang, kadang-kadang saya pun ke Mangga Dua untuk menguji kemampuan menawar saya.

Maka jam 12 teng, sampailah kami disana. Namanya juga cewek, genit pula, yang seharusnya mencari-cari brush tooth holder, piring makan, penggorengan dan peralatan bersih-bersih rumah, ‘tersisih’ sementara waktu dengan melihat-lihat aneka tas dan dompet cantik ber-brand KW 2 (kwalitas no.2, artinya buatan Korea). Saya sempat membeli 2 buah dengan harga yang masih bisa membuat dompet saya ‘bernyanyi’ girang. Sementara teman saya belum membeli apa pun.

Mampirlah kami ke stand penjual peralatan kamar mandi dari plastik. Teman saya lihat sana-sini, tawar sana sini selama 15 menit, lalu batal. Mungkin harganya tak cocok?

Mampirlah kami ke toko penjual peralatan sholat. Sementara dia sibuk lihat-lihat (lagi), saya membeli beberapa jepit rambut lucu. Habis 30 menit, teman saya belum selesai juga, saya bantu bicara dengan si Uda, dengan bilang bahwa saya tahu harga mukena itu di Pasar Ateh, lalu jadilah itu barang dibeli. Hehe… Padahal terakhir saya ke Bukittinggi itu sekitar 5 tahun yang lalu!

Mampirlah kami ke toko pakaian dalam (bisa-bisanya?). Dalam 30 menit, saya sudah membeli beberapa CD lucu berenda-renda yang entahlah akan bertahan sampai kapan karena harganya relatif murah, sementara teman saya belum juga menentukan pilihannya. Akhirnya (untunglah) ia beli juga satu lusin dengan warna berbeda (Hah? Ga kreatif amat!)

Mampirlah kami ke toko karpet. Lamaaaaa… Dan capeeee… Mana karpet baru kan suka bikin bersin! Sekitar 1 jam disana. Tak ada yang jadi dibeli.

Saya mulai lelah, maka saya pun makan siang dulu (mencoba makanan baru, namanya bihun bebek). Teman saya di toko sepatu, sibuk coba sana-coba sini. Ga jadi. Hak-nya sebagian kependekan, sebagian ketinggian (alasan yang bagus).

Mampirlah kami ke toko bed cover. 1 jam setengah. Motifnya ga ok, harganya kemahalan, warnanya terlalu muda, dll, dll. Asli, saya Beteeeee bgt! Sudah hampir jam 5 sore dan yang terbeli olehnya baru selusin celana dalam! Kebangetan. (Nampaknya si Koko pemilik toko juga sudah bete dengan mahluk di depannya itu).

Saya tinggal dia, cari tempat duduk di lobby depan dan minum aqua dingin sambil cemberut. Akhirnya teman saya datang dengan membawa 1 set bed cover (Huh!)

Incidentally, ternyata di samping tempat saya nongkrong ada toko karpet yang lain. Jadilah dia melihat-lihat karpet lagi. Menyebaaaalkan sekali! Dia duduk di kursi plastic, sibuk ngegosip dengan ponselnya dan main tunjuk sana-sini sama si Mas untuk dibawakan karpetnya, agar dia bisa merasakan bahannya, atau melihat warna dan motifnya dengan jelas… Apa dia tak tahu, bahwa karpet itu berat, susah ngambilnya dan si Mas nya juga udah capek dari pagi? Dan tidak jadi beli. Tidak jadi??!! Saya langsung turun tangan sebagai pembela hak tukang karpet. “Tidak manusiawi, maksud lu apa, lu harus beli, itu bagus banget, harganya murah, cocok buat rumah lu.” Untunglah, melihat saya sudah sebegitu emosi, akhirnya ia pun membeli salah satu karpet yang bertebaran di hadapan kami itu.

Jam 9 malam harinya, saya pun langsung tepar. Begitu letihnya hingga teman-teman satu apartemen saya pun tak tega untuk mengganggu, pulas hingga keesokan paginya… Sigh… Pengalaman belanja paling buruk yang pernah saya alami. I will never.. NEVER.. go shopping with her anymore.

Tuesday, April 17, 2007

Semur Jengkol Tengah Malam

Norak, kampungan, malu-maluin. Watever. Tapi memang benar bahwa salah satu hal yang saya idam-idamkan akan dapat saya lakukan suatu saat nanti adalah makan jengkol. And I made it.

Teman saya yang cantik, Ms. K, ternyata diam-diam sering menikmati aneka masakan berbahan dasar buah ini (bilamana bisa disebut sebagai buah). Agak mengherankan memang, mengingat teman yang satu ini terbilang sangat ‘sophisticated’, ‘classy’ dan ‘choosy’ terhadap segala hal yang menyangkut lifestyle-nya. Yeah, you’re rite… Don’t judge a book by it’s cover!

Dan terjadilah.

Beberapa hari yang lalu, saya ‘terdampar’ di apartemen Ms. K, dengan beberapa teman lain. Rencana semula hendak berakaraoke di Happy Puppies batal karena satu dan lain hal. Saya yang sebelumnya telah menempuh perjalanan sekitar 45 menit menuju apartemennya, pakai acara nyasar pula (seperti biasanya), tentunya bete karena tiba-tiba harus mengalami yang namanya ‘pembatalan rencana tanpa pemberitahuan’. Bagaimanapun, saya sudah berencana untuk nyemil beberapa makanan lezat yang tersedia di Dharmawangsa Square.

Melihat wajah saya yang keruh, Ms. K yang mengetahui obsesi saya akan jengkol (dan sepertinya menjadi obsesi dia juga malam itu), berbaik hati menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke tempat-jualan-semur-jengkol-paling-enak-di-dunia. Yah, pengalaman pertama memang idealnya yang terbaik, bukan?

Jam 12 malam lebih sedikit, kami berangkat ke tempat itu (Katanya tempat itu memang baru bukan jam setengah 12 malam). Setelah sempat nyasar dan bertanya pada hansip yang tengah berpatroli dengan sepedanya, “Pak, dimana ya tempat makan yang jual semur jengkol itu?” (Ms. K yang bertanya, dari balik kemudi CRV-nya. Unbelieveble, memang!). “Ogh, warung Bu Sum? Salah belok, Mbak. Puter balik dulu, terus belok kiri pertama.” Hmm, tempat makan itu well known juga, rupanya.

Maka atas pengarahan Pak Hansip, sampailah kami ke tempat tujuan. Sebuah warung kecil di pinggiran jalan daerah Pasar Baru yang, sungguh mengejutkan, ramai akan mobil yang berderet-deret dan customer yang duduk berlimpah pada kursi-kursi plastik yang disediakan di kanan-kiri warung.

Setelah memarkirkan mobil, Ms. K bersama Ms. A dan saya (yang penasaran), mulai mengambil antrian untuk dilayani oleh 4 orang Mbak-Mbak Jawa yang sibuk berteriak-teriak menanggapi pesanan pelanggan. Suasananya seru memang.

Ms. K mulai memesan ini dan itu untuk di take away. Sampai terakhir dia berkata, “Oh ya, minta bungkus semurnya sekalian ya, Mbak.”

Si Mbak mengambil plastic kiloan, dan berdiri di antara panci-panci semur yang berjejer, “Semur apa nih? Semur telor, semur daging…?” iya bertanya tangkas dengan lantang.

Ms. K tersenyum malu dan berbisik penuh misteri, “Jengkol, Mbak.”

“Semur yang mana, Mbak?” ulang si Mbak tambah lantang, berusaha mengimbangi keriuhan suara customernya.

“Semur jengkolnya,” jawab Ms. K, masih lirih. Ms. A, teman saya yang lain, spontan tertawa ngakak. Dan si Mbak langsung ngeh.

“Ogggh.. Semur Jengkol, ya Mbak? Ya ela, ga usah malu-malu gitu donk Mbak. SEMUR JENGKOL, gitu. Kencengan dikit ngomongnya, ga papa koq.” Super lantang, for real. Dan semua kepala pun menoleh, tawa cekikikan pun mulai terdengar sayup-sayup. Waduh, si Mbak ini orang Jawa apa Betawi, sih? Cablak banget.

“Mau berapa, Mbak? Sepuluh?” tantang si Mbak lagi.

“Lima belas, Mbak.” Jawab Ms. K anteng. Dia memang hebat!

Setelah puas tertawa karena kejadian itu, akhirnya saya menikmati jengkol pertama saya, bersama teman-teman yang hebat dan tak kenal malu! Yeah, thats a cool life! ;)

Labels: ,

Wednesday, April 11, 2007

Go to sleep, baby...



The start of a better future starts with dreams.
So go to sleep ...

Tuesday, April 10, 2007

Crazy Yummy Things

Inilah daftar makanan masa kecil saya yang sangat mempengaruhi saya hingga sekarang:

1. Saya sangat senang makan buah cherry (atau carsen, kata teman saya di Bandung). Kebetulan tetangga belakang rumah saya punya pohonnya dan hampir tiap hari saya panjatin).

2. Selama beberapa bulan, saya dipaksa minum air kunyit campur madu yang diracik mama tiap pagi. Gara-garanya saya menderita sensitifitas kulit kelas tinggi sehingga saya terpaksa menjauhi segala jenis soda dan deterjen (otomatis, saya harus selalu dimandiin. Hehee…). Hueeek, saya sebal setengah mati saat itu. Tapi ternyata alergi itu terus hilang, kulit saya mulus banget dan badan saya termasuk ga gampang melar (Hwaduh, narsis gila-gilaan).

3. Saya hobi banget makan biji mangga. Kalau orang rumah ada yang ngupas mangga, saya pasti ngetem di sebelahnya buat nyambet bijinya. Hobi aneh ini termemorikan dalam sebuah foto, saya berumur 3 tahun tegeletak di atas meja makan dengan mulut belepotan mangga. Nampak pula di foto itu, tangan saya menggenggam si biji mangga yang udah kisut.

4. Saya benci susu. Tiap pagi mama saya menghidangkan susu Bear Brand dalam gelas, yang diam-diam, saat mama saya meleng, saya tuang sampai habis ke dalam wastafel. Hehe… Sori, mam!

5. Masih berhubungan dengan sensitifitas kulit saya terhadap bahan-bahan yang mengandng deterjen, untuk meningkatkan kekebalan tubuh saya, papa memberikan vitamin c dosis tinggi yang rasanya aseeeeeeemmm banget (bentuknya tablet kecil-kecil warna putih, pake botol gede, isi 1000 butir. Hah!). Karena saya senang asem, si vitamin C itu saya kunyah seharian. Sekali masuk mulut 5 butir! Dan si botol gede itu tak pernah lepas dari pelukan saya.

6. Karena terinspirasi dengan film ‘Wulan di Sarang Penculik’ (Hehe, ada yang ingat ga?), saya jadi suka makan pempek lenjer. Tau khan… pempek yang panjang-panjang? Di adegan film itu, karena diculik si Wulan dan temannya terpaksa makan Singkong Rebus yang sepertinya nikmaaatttttt banget. Terobsesi dengan film itu, saya ganti si singkong rebus dengan pempek lenjer (yeah, at least bentuknya hampir sama). Ini pun terabadikan dalam sebuah foto, dimana saya duduk diatas meja makan dan mengancungkan pempek ke kamera dengan tatapan penuh ancaman (Kenapa pula posenya harus begitu, yaaa?)

Monday, April 09, 2007

Life is gamble





...Truly it's a game you will lose if you don't play.

Kenalin : Anak Gw

1. Kalo anak lo bilang "pa/ma, aku boleh nggak masuk sekolah?"
> Boleh aja. Tapi temenin mama nyalon, yah.

2. Kalo anak lo bilang "pa/ma, aku boleh pacaran gak?" (padahal dia masih SD)
> Hunny, mama boleh pacaran juga ga?

3. Kalo anak lo bilang "pa/ma, aku gak pengen jadi dokter/insinyur/profesi yang sebenarnya kamu inginkan buat anakmu?"
> Whatever.

4. Kalo anak lo blang "pa/ma, aku boleh pergi dugem ama temen2 gak?"
> Mama ikut yah...hahaha.

5. Kalo anak lo bilang "pa/ma, beliin aku HP dong!" (padahal menurut lo, dia belum butuh2 amat)
> Ga penting deh nak.

6. Kalo anak lo bilang "pa/ma, temen aku dibeliin laptop, aku juga mau"
> Gw bliin Blackberry deh sekalian.


7. Kalo anak lo bilang "pa/ma. aku mau nyobain ngekost dong, boleh yaa..?" (padahal dia masih SMP)
> Boleh, tapi cari yang di sebelah rumah kita, yah.

8. Kalo anak lo bilang "pa/ma, temen aku ada yang hamil. Kok bisa ya? memangnya gimana caranya?" (padahal anak kamu, mens juga belum)
> Ntar mama kasi liat.

9.Kalo anak lo bilang "pa/ma, pacarku semalam nginep di kamar?"
> Besok suruh dia nginap di kamar mama.

10. Kalo anak lo bilang " pa/ma,pacarku beda agama"
> Ga papa. Asal beda kelamin juga.

11. Kalo anak lo bilang "Ma,siapa sih idola mama?"
> Ga punya.

12. Kalo anak lo bilang "pa/ma, akupengen sekolah di Luar Negri"
> Seep. Kita sekalian pindah sekeluarga aja, yuuuk!

13. Kalo anak lo bilang "pa/ma,papanya temen aku ada yang kawin lagi"?
> Oh ya? Terus mamanya temen kamu itu kawin lagi juga, kan? Bagooouss!

14. Kalo anak lo bilang "pa/ma, kokputri salju makannya apel bukan nasi?
> Iya. Namanya juga lagi diet, Nak.

15. Kalo anak lo bilang " pa/ma, kalo kondom itu apa sih? trus buat apa?"
> Ambil di laci papa kamu gih, tar mama kasi tau.

Saturday, April 07, 2007

L Y A

Dia sahabatnya kakak saya. They are going 28 this year.

Centil, rame, stylish banget.

Ingat waktu kakak saya SMU, sempat ngatain dia kado, karena pake pita rambut bergaya bando dan disimpul pita pas diubun-ubun. Hihi…

Ingat kalau dia sempat ciuman di mobil pacarnya di depan rumah saya, pas nungguin kakak saya pulang.

Ingat dia pernah minggat dari Padang pas berantem sama papanya dan lari ke rumah saya di Palembang.

Ingat kalau dia nginap di rumah, dia dan kakak saya suka berisik banget ngegosip, sampai saya yang berada di kamar sebelah manyun semalaman.

Ingat dia sempat menang kontes kecantikan Loreal Coloring di sebuah majalah remaja.

Ingat pada akhirnya dia nikah dengan cowok yang jauh lebih tua dari dia dan punya anak kecil yang sekarang umurnya sudah 4 tahun.

Ingat begitu saya pindah ke Jakarta dan jalan bareng dia, masuk ke mall manapun selalu bertemu dengan orang-orang yang kenal sama dia.

Ingat dia pernah nangis jam 2 malam di O la la Sarinah sama saya, berharap dapat bertemu papanya kembali.

Ingat SMS kakak saya yang berniat datang dari Bandung ke Jakarta untuk menengok dia yang tengah terbaring kritis karena penyakit jantung.

Ingat teman saya menelpon jam 10 malam, mengabari bahwa ia tidak kritis lagi. Mungkin, ia akan segera bertemu papanya.

Dia sahabat kakak saya. She does not even 28…

Tuesday, April 03, 2007

What a news...

Mungkinkah ini suatu pertanda? Pada suatu hari…

1. Bangun jam 9 pagi, Ms. C nelfon, cerita panjang lebar kali tinggi tentang kesulitan untuk dealing dengan keluarganya mengenai rencana nikah wisatanya di Borneo. (Hmm… Lagian, jauh amat say…)
2. Begitu selesai nelfon, gantian Ms. R nelfon, ngomongin pernikahannya di dua negara yang ‘tidak-masalah-karena-uang-pacar-gw-khan-berlimpah’. (Well, no comment buat yang ini. Sigh…)
3. Mr. T nongol, baru pulang dari Bekasi, berkeluh kesah akan rencana pernikahan tradisional Jawa-nya yang banyak makan waktu-makan biaya. (“Nyokapnya maunya rame!”
4. Sore-sore buka e-mail… ada undangan nikah temen kuliah dulu, Mr. H, di Bandung. (Pengen datang ramean, seabrek-abrek, sekalian bikin malu pengantin.. Hehe...)
5. Si centil Ms. S tiba-tiba nge-Buzz pake YM, cerita kalau akhirnya mantan temen sekostan jadi nikah bulan ini, setelah pergulatan dengan penasihat spiritualnya akibat beda keyakinan dengan calon suaminya. (Yeah, dan pergulatan dengan saya juga, karena somehow saya ga suka sama calon suaminya ini)
6. Pas makan malam, dapat kabar bahwa Ms. F dan Mr. E (sempat satu kantor sama mereka) yang belakangan kerjaannya berantem melulu, tiba-tiba baikan dan langsung berencana nikah September ini.

Seminggu kemudian, dua hari berturut-turut teman-teman saya ‘berjatuhan’ di Rumah Sakit.

1. Mr. H adiknya sahabat saya, terkena demam berdarah dengue, komplikasi dengan tipus.
2. Ms. L terkena penyakit jantung langka dan tengah kritis di Harapan Kita.
3. Ms. L (lagi) hospitalized karena tipus.
4. Mr. I yang sebelumnya berkeluh-kesah ga enak badan sama saya, tiba-tiba baru diketahui kena gejala tipus pula.

And the life must go on...

Love Wrecked

I thought I will never get into teenage movie anymore. I am 25 years old, for God’ sake. But I was wrong.

Wiken kemarin, mungkin karena terpengaruh sama si Mbak tukang jualan DVD di Ratu Plaza yang begitu bersemangat mempromosikan film ini, akhirnya saya beli juga (lumayan, khan kalau beli 10 gratis 1, nah… jatah gratisnya saya pakai untuk film ini.)

Judulnya Love Wrecked. Yang main Amanda Bynes. Ceritanya kocak banget, bahkan saya jadi membatalkan jadwal berenang saya karenanya.

Seorang cewek highschool bernama Jenny Riley, seperti ditampar angin segar ketika menyadari dirinya ‘terperangkap’ dengan seorang Rock Star yang sudah lama diidolakannya di sebuah pulau terpencil.

Tidak begitu terpencil, sebenarnya, karena pulau itu hanya berjarak sepersekian mil dari resort tempat ia bekerja sebagai summer part timer, somewhere in Kepulauan Karibia (at the same time, orangtuanya Jenny sedang honeymoon kesekian di Indonesia. Yeah, Indonesia!).

Mengetahui bahwa sang Rockstar idola tidak bisa kemana-mana karena keseleo angkelnya, si love-sick castaway Jenny pun bertingkah seolah-olah ia ‘pahlawan kesiangan’. Ia berjasa dengan keahliannya menangkap ikan, membuat api dan mengolah makanan-makanan organic yang tak lain tak bukan ia beli di supermarket resort, bersama dengan lipgloss dan bedak tabur (bagaimanapun, ia harus tampak selalu cantik di hadapan pujaannya, bukan?). Dengan kata lain, the last thing she wants is to be rescued.

Cerita bertambah kocak sejak Alexis musuh bebuyutannya (selalu ada tokoh seperti ini di film teenager, ya?) mengetahui scenario yang ia lakukan dan ‘bergabung’ dengan menyamar sebagai pemenang kontes bikini yang terdampar oleh badai di pulau yang sama. Mereka berusaha saling menjatuhkan demi mencuri perhatian si rockstar, sekaligus saling menutupi dan melindungi begitu ada wisatawan yang sedang water skiing, horse riding atau parasailing mendekati ‘pulau’ mereka.

Nice beaches, good bodies, light story… It’s a truly vacation entertainment! Cukup layak ditonton, even if you feel that you're too old for this kind of movie.

How much have you change in 10 years?

TEN YEARS AGO

....it was April 1997.

1.) How old were you?
+ Going 16.


2.) Where did you go to school?
+ Xaverius 3, 2nd grade.

3.) Where did you work?
+ Urusan kedinasannya Bujang & Gadis Palembang.. Heheh..

4.) Where did you live?
+ Palembang, donk!

5.) Where did you hang out?
+ Kambang iwak, baso gepeng, depot mie samping sekolah.

6.) Did you wear glasses?
+ Engga.

7.) Who was your best friend?
+ Diana, Tania, Sisca, Ndot, ChiChi, Titin, Ade, Ricky

8.) How many tattoos did you have?
+ Ga punya.

9.) How many piercing did you have?
+ 2.

10.) What car did you drive?
+ Panther, if available.

11.) Had you been to a real party yet?
+ Off Course!! Wait... real party, you said? Hmm... Not yet.

12.) Had your heart broken?
+ Nope.

FIVE YEARS AGO

....it was April 2002




1.) How old were you?
+ Going 21.

2.) Where did you go to school?
+ Enhaii.

3.) Where did you work?
+ Sometimes ‘ngamen’ bareng Nouvelle atau bantuin band teman- Bingkay.

4.) Where did you live?
+ Bandung.

5.) Where did you hang out?
+ Matari dago, kantin di kampus, Pubs and Cafes.

7.) Who was your best friend?
+ The best of five and boyz…

8.) Who was your regular-person crush?
+ Nobody.

9.) How many tattoos did you have?
+ None.

10.) How many piercing did you have?
+ 3. Nambah satu di udel.

11.) What car did you drive?
+ Opel Blazer, kalau lagi pulang ke Palembang. Haha..

12.) Had you had your heart broken?
+ Yea , two times.

** April 2007**

1.) How old are you?
+ Omg! Going 26!

2.) Where do you work?
+ Right now? Home!

3.) Where do you live?
+ Jakarta.

4.) Do you wear glasses?
+ Yep. Minus ½.

5.) Where do you hang out?
+ Coffeeshop, XXI.

6.) Who are your best friends?
+ Ms. Simpy Intimidating and Mr. Psycho.

8.) Do you talk to your old friends?
+ Yep, some of them.

9.) How many piercing do you have?
+ Masih 3.

10.) How many tattoos?
+ Masih ga punya.

11.) What kind of car do you drive?
+ Ga pernah, selalu sama Pak Supir :)

12.) Has your heart been broken?
+ Sighhh.....