my dance with syta

...because the earth is moving, the world is turning upside down and dance will be last forever...

Wednesday, April 25, 2007

Be sweet, be rich

Cerita lama sebenarnya. Tapi saya yakin hampir semua pembaca blog saya pernah mengalami hal yang sama seperti saya. Tentang para pelayan, kasir atau pramuniaga toko yang ngeselin dan ga punya sopan santun.

Hmm… Bukan zamannya lagi bilang,”Kalau tau sopan santun, mereka ga jadi pelayan!”. Kalimat yang sudah basi banget. Karena sebagian besar pelayan/kasir/pramuniaga toko saat ini justru berasal dari keluarga berpendidikan, serta bersekolah dengan layak sama seperti kita-kita ini. Lalu apa yang menjadikan mereka demikian ngeselin dan ‘minta ditampol’... Excuse my language.

  1. Hari ini saya dan Mr. T makan siang di HHB, salah satu restoran fast food Jepang di MTA. Si penjaga counter bermuka seasem cuka. Tak ada ucapan, bahkan senyuman selamat datang. Pesanan di letakkan begitu saja di counter, tanpa ucapan “silahkan, Mbak.”. Bahkan memandang si customer pun tidak.
  2. Masih di restoran yang sama, kasirnya sok asik. “Ada 10.000 an?” tanyanya pada saya waktu saya mengeluarkan 2 lembar uang 50.000 an. Males banget, khan? Apa salahnya bertanya dengan nada sedikit manis, menambahkan embel-embel Mbak/Ibu/Bapak dan mengucapkan maaf sebagai pelengkap basa-basi yang menyenangkan? Tentu saja saya bilang ‘tidak’, walaupun di dompet saya ada beberapa lembar 10.000 an. Eh, dia pura-pura tidak dengar, malah asyik ngobrol dengan teman di sebelahnya, sementara di belakang saya antrian memanjang. Saya yang kesal, ikut-ikutan diam. Akhirnya dia mengulangi lagi pertanyaannya, masih dengan gaya petentengannya. Saya ulangi pula jawaban saya dengan ketus. Dan tahukah anda? Ternyata toh dia punya uang kecil di balik mesin kasirnya itu! Dan saya pun berlalu, tanpa ucapan terima kasih darinya. Sialan!
  3. Setelahnya saya belanja baju di Toko S. Dari total yang saya bayarkan, seharusnya saya menerima uang kembali sejumlah 50 rupiah. Tapi si kasir dengan entengnya langsung mengucapkan terima kasih dan menutup mesin kasirnya. “Mbak, bukannya ada kembali 50 perak?” Tanya saya sok polos. “Oh, iya.. Ada mbak. Tapi saya nggak punya 50 perak”. Jawabnya tak kalah polos. Ogh, dodolnya si Mbak ini. Kalau tak punya kembalian, kenapa tak bilang? Kenapa tak meminta maaf? Uang sejumlah itu mungkin memang tak terlalu berarti, namun the way nya itu lho, Mbak!
  4. Belum lagi Supermarket H yang hobiiiii sekali ngasih kembalian pakai permen. Saya tak terlalu keberatan, sebenarnya. Toh saya suka permen. Tapi kenapa ya, tak terpikirkan oleh si kasir-kasir itu untuk say excuse sebelum memberi kembalian kepada customer dengan permen? Bukankah permen belum diakui oleh Negara sebagai alat pembayaran yang syah?

Bekerja melayani seperti mereka memang melelahkan. Tapi itu jugalah yang selalu saya lakukan dalam setiap pekerjaan saya.

Bedanya adalah saya menerima gaji lebih tinggi dari mereka. Bukan karena saya lebih beruntung, tapi karena saya tahu cara bertindak sesuai tata krama dan bagaimana bersikap menghargai orang lain.

1 Comments:

At May 01, 2007 8:48 PM, Blogger indah said...

yang sabar ya sit...
klo masalah bayar pake permen,YLKI pernah complain deh nampaknya :)

-FIKi-

 

Post a Comment

<< Home