Kata Orang, Saya Kucing
Ini bukan menyadur salah satu dari judul kumpulan cepennya Djenar Maesa Ayu (yang hampir seluruh isi ceritanya berbau animalis…penulis yang aneh?).
Kemarin saya seperti disentakkan kembali oleh kenyataan (bila memang bisa disebut kenyataan), bahwa wajah dan tingkah laku saya seperti kucing. Seorang teman yang notabene baru saja saya kenal dengan tiba-tiba dan tidak tahu sopan santun mencondongkan tubuhnya ke arah saya dan memberikan saya eyeballing stare yang bikin bergidik sesaat.
Saya diam, mengendikkan bahu.
“Oh, ya..Dia memang suka kucing.” Teman saya yang lain menyahut.
“Hemm… Mungkin dulu memang loe kucing. Reinkarnasi menjadi manusia.”
Saya tetap diam, pembicaraan ini sudah pernah terjadi sebelumnya.
Mungkin yah, tapi kalau dapat disimpulkan, berikut ini berbagai indikasi bahwa saya (kata orang), dulunya, kucing… (sigh);
- Punya hidung pesek, kecil dan suka otomatis dikerenyitkan kalau tertawa (emangnya kucing suka mengkerenyitkan hidung?)
- Punya mata yang sudut-sudutnya meruncing ke atas
- Suka berjemur di sinar matahari
- Kalau bangun tidur punya kebiasaan suka menggesek-gesekkan dua belah kaki (katanya itu gaya kucing ‘ngulet)
- Suka banget makan tulang ayam
- Suka banget makan ikan
- Di luar sadar dan kehendak, sering mengusap-usap dengkul orang yang kebetulan duduk di sebelah saya (What ashamed….)
- Hobi mandi dan pembersih
- Manja dan pemalas
- Pas lagi jalan sering dibuntuti kucing
- Dan entah kenapa, kalau lagi duduk di warteg, kucing-kucing liar selalu berusaha mengerubuti kaki saya
Hmmm… Indikasi yang aneh, ya? Miaww!