Burn Fat, Get Shape
“Can you feel it?”
Saya membuka mata separuh. Rasanya tubuh ini lelah sekali, sesorean saya telah melakukan… entahlah, sekitar 20 lap berenang gaya bebas yang katanya berguna untuk membentuk punggung (Saya punya alasan sangat bagus untuk memiliki punggung yang indah. Tapi kali ini bukan momen yang tepat untuk menceritakannya).
“Yes… I can feel it.” Feel what?
Masih setengah ‘hidup’, saya merasakan tempat tidur saya bergoyang-goyang. Sesaat saya berdebar, efek film horror Korea brengsek, Shutter, yang sempat saya tonton sekitar 3 minggu yang lalu (basi, ga sich?).
“O’o… It’s an earthquake! Let’s move! Move!” Teman saya menerjang masuk. Saya langsung 90 persen siaga satu. Sialan, gempa tengah malam!
Buru2 saya kenakan t-shirt, celana panjang dan jaket pendek saya, yang sebenarnya sudah teronggok dari kemarin di section ‘dirty laundry’. Goddamit, no underwear!
“Cepat! Cepat! Cepat!” teman saya sama sekali tidak membantu, malah semakin membuat panik. Kami bertabrakan di gang sempit, saya hampir jatuh terjengkang, benar-benar rusuh. Untunglah tas yang memuat barang-barang saya masih tergeletak lengkap dengan isi-isinya yang penting (paper face, lip balm, dompet, access card, jepit rambut, hehe…), dengan sekali sambar, tibalah saya di ruangan depan, bergetar tolol sambil mendengar suara cracking yang entah-datang-dari-mana-tapi-menakutkan-sekali.
“Go! Go! Go!” ia berteriak lagi, tiba-tiba berubah status menjadi komandan pasukan SWAT. Saya bergegas menuju pintu darurat, diekori dirinya. Sesampainya di tangga itu, puluhan manusia menyambut kami. Seperti aliran lava, kami berlari menyusuri tangga yang seakan tiada akhir (pemandangan indah dari lantai atas unit apartemen ternyata harus ditebus dengan kesengsaraan ini *sigh*). Injakan pada kaki, sikutan pada rusuk, dampratan, wah… terowongan Wina punya saingan baru!
Dengan kaki yang terasa hampir copot dan kepala berdenyut-denyut, saya dan teman saya berhasil mencapai jalan raya, dimana orang-orang telah berkumpul. Berbagai bahasa dan warna kulit bagai menggaung dari segala penjuru. Orang-orang berlalu lalang, saling berpelukan sambil menatap menara-menara apartemen. Saya, sebagai pengamat mode sejati, sempat-sempatnya memperhatikan dandanan mereka (saya memang tak berguna…). Ada yang memakai piyama, ada yang berdandan clubbing, ada segerombolan cowok bercelana pendek-bertelanjang dada (sebenarnya habis ngapain sih mereka?), ada sandal kamar dipadukan dengan jaket penahan dingin, ada daster-daster dengan sepatu sandal a la komunitas mall. Wah, pokoknya fashion police akan bersorak riang gembira bila ia ada di tengah-tengah situasi ini (Sudah saya bilang, saya tak berguna… Hiks!). And boyz… Untuk dijadikan referensi, puluhan cewek berseleweran tanpa bra… Good to know it, eh? Heheh…
Setelah sempat baca-baca koran gratis dan minum sebotol Equil di sebuah coffeeshop di bilangan Sarinah, drama ini pun berakhir pada pukul empat dini hari, menghasilkan pembakaran lemak sempurna serta sepasang betis kencang yang jenjang.
Labels: Dancer's Diet, Dancer's Freak, Dancer's Stupidity